Beranda | Artikel
Bertawassul dengan Keikhlasan kepada Allah di Dalam Amal Perbuatan
Jumat, 15 April 2022

BERTAWASSUL DENGAN KEIKHLASAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA DI DALAM AMAL PERBUATAN

Tidak lupa di dalam bab ini saya akan mengungkapkan beberapa manfaat ikhlas di dunia sebelum akhirat, Anda dapat bertawassul kepada Allah dengan amal-amal yang Anda lakukan dengan keikhlasan agar seluruh kesulitan dan kegalauan hilang dari kehidupan Anda.

Diriwayatkan dari Abu Abdirrahman bin ‘Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian yang sedang dalam perjalanan sehingga mereka terpaksa bermalam di sebuah gua, dan akhirnya mereka semua memasukinya, kemudian ada satu buah batu yang besar jatuh dari gunung sehingga menutupi (mulut) gua yang mereka masuki, mereka semua berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali jika kalian berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyebut amal-amal shalih kalian (dalam do’a kalian).’ Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, dahulu aku memiliki dua orang tua yang telah lanjut usia, dan aku sama sekali tidak pernah memberikan susu kepada keluarga dan semua pembantuku sebelum mereka berdua, lalu pada suatu hari aku berada jauh dari mereka berdua untuk mencari sebuah pohon, aku tidak kembali sehingga mereka telah tertidur, lalu aku memeras susu untuk mereka padahal mereka telah tertidur, aku takut jika membangunkan keduanya dan aku juga tidak mau memberikan susu kepada keluarga dan para pembantu sebelum mereka berdua meminumnya, akhirnya aku menunggu sampai terbit fajar sedangkan anak-anak berteriak di sekitarku karena kelaparan, lalu ketika terbit fajar mereka berdua bangun dan meminum susu. Ya Allah, seandainya aku melakukan hal itu ikhlas karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami. Akhirnya batu tersebut bergeser sedikit akan tetapi mereka masih belum bisa keluar darinya.’

Yang lainnya berkata, ‘Ya Allah sesungguhnya aku mengenal seorang puteri pamanku sendiri, yang merupakan wanita paling aku cintai.’ Di dalam riwayat yang lainnya, ‘Aku mencintainya sebagaimana rasa cinta paling besar yang dirasakan oleh seorang lelaki terhadap wanita, aku sangat menginginkan dirinya (menggaulinya), akan tetapi dia menolaknya, sehingga pada suatu masa paceklik dia datang meminta bantuan dariku, akhirnya aku memberikan uang sebesar seratus dua puluh dinar dengan syarat dia rela berduaan denganku, ternyata dia menyetujuinya, sehingga ketika aku akan “melakukannya,” di dalam riwayat yang lain, ‘Sehingga ketika aku telah duduk di atas kedua kakinya, ia berkata, ‘Takutlah kepada Allah dan janganlah engkau menghilangkan keperawanan orang lain kecuali dengan cara yang benar.’’ Akhirnya aku pergi padahal dia adalah seorang wanita yang paling aku cintai, dan aku tinggalkan emas yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, seandainya aku melakukan hal itu ikhlas karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami, akhirnya batu tersebut bergeser sedikit akan tetapi mereka masih belum bisa keluar darinya.’

Yang ketiga berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempekerjakan beberapa pekerja dan memberikan upah mereka, kecuali satu orang pekerja saja yang meninggalkan apa yang dia miliki (upah) dan pergi, setelah itu aku mengembangkan dari upahnya itu sampai banyak, pada satu saat dia datang kepadaku dengan berkata, ‘Wahai hamba Allah, bayarlah upahku!’ ‘Semua unta, sapi dan kambing serta hamba sahaya yang engkau lihat adalah milikmu,’ kataku. Dia berkata, ‘Janganlah engkau menghinaku!’ Aku berkata, ‘Aku sama sekali tidak menghinamu.’ Lalu ia mengambilnya dan menggiring semuanya dengan tidak meninggalkan sesuatu apa pun. Ya Allah, seandainya aku melakukan hal itu karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami, akhirnya batu tersebut terbuka dan mereka pun keluar dari gua, lalu pergi.’”1

Wahai saudaraku, lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan batu besar tersebut dari orang-orang yang berada di dalam kesulitan seperti mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membukakan batu yang sangat keras dari mereka karena do’a-do’a mereka dengan bertawassul melalui amal shalih yang mereka lakukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan tidaklah kehinaan yang telah menimpa banyak manusia, kecuali karena ketidakikhlasan mereka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam beramal, wahai manusia! Tidakkah ada amal-amal shalih yang dengannya kalian dapat bertawassul kepada Allah agar terlepas dari segala kesulitan?

[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
______
Footnote
1 Muttafaq ‘alaihi, dikutip dari kitab Riyaadhush Shaalihiin, karya an-Nawawi.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/54646-bertawassul-dengan-keikhlasan-kepada-allah-di-dalam-amal-perbuatan.html